Rabu, 23 Februari 2011

Kitab-kitab Suci Agama Tao


Agama-agama di dunia dapat dipahami melalui kitab-kitab yang oleh penganutnya dianggap suci atau sakral. Sebagaimana agama lain di dunia, Agama Tao juga memiliki kitab-kitab yang dipandang suci dan dijadikan oleh penganutnya sebagai acuan dalam berbuat dan bertingkahlaku.

Kitab-kitab atau buku-buku yang berhu-bungan dengan Agama Tao mencakup koleksi dari karya-karya yang sangat luar biasa yang jumlahnya tidak terbilang banyaknya. Buku-buku tersebut meliputi karya-karya yang berhubungan wahyu atau kitab-kitab yang dianggap wahyu oleh para pengikut Agama Tao, kitab-kitab silsilah mengenai keturunan raja-raja dan orang-orang penting, dan kitab tentang simbol-simbol yang terdapat dalam diagram-diagram suci.

Hingga saat ini, buku-buku yang berkenaan dengan peraturan agama Tao jumlahnya tidak kurang dari 1445 edisi, dan terdiri dari 1120 volume. Buku-buku tersebut dapat dilihat atau tersebar di luar klenteng dan biara-biara Tao. Kitab-kitab dan buku-buku yang berhubungan dengan Agama Tao semakin banyak dikenal masyarakat setelah dicetak kembali pada tahun 1926.

Sekarang ini, usaha yang dilakukan oleh para penganut Tao bukan saja memperbanyak kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan Agama Tao tapi juga dilakukan penelitian secara sungguh-sungguh, mendalam dan ilmiah mengenai Agama Tao. Hasil dari penelitian tersebut, bukan saja bermanfaat bagi para penganut Agama Tao yang ada di seluruh dunia, tapi juga bagi para ilmuan yang ingin mendalami Agama Tao.

Di samping buku-buku yang berhubungan dengan Agama Tao, ada juga hal-hal penting yang tidak berbentuk kitab-kitab atau buku yang terkait dengan agama dan peraturan-peraturan Agama Tao, ini termasuk dokumen-dukumen penting yang berhubungan dengan agama. Dokumen-dokumen keagamaan yang telah dikumpulkan, seperti penemuan-penemuan arkeologi sebagaimana yang terdapat di goa-goa, salah satunya ditemukan di goa Dunhuang, yang dijual oleh penguasa pada abad ke 11, kemudian dibuka kembali pada tahun 1990.

Selain dokumen-dokumen, karya-karya lain mengenai Agama Tao para ahli juga menjumpai tulisan-tulisan yang berkaitan tentang agama yang terpahat di batu-batu dan tembaga-tembaga kuno. Batu-batu dan tembaga-tembaga yang menyimpan dokumen-dokumen penting tersebut dapat dijum-pai di gua-gua, gunung-gunung, dan tempat-tempat ibadah orang China.

Informasi-informasi mengenai Agama Tao tidak hanya dijumpai dalam tulisan-tulisan yang berbentuk buku-buku, dokumen-dokumen dan pahatan-pahatan pada batu dan tembaga, tapi juga dapat berupa bahasa lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut oleh para tokoh-tokoh agama Tao, yang berfungsi sebagai pedoman moral dan spiritual bagi para pengikut Tao.

Kitab-kitab yang paling pokok dari agama Tao adalah Tao Te Cing, diajarkan pada para pengikut Lao Tze, yang ditulis pada abad ke 6 sM oleh Lao Tze yang merupakan penjaga arsip diperpustakaan negara atau juru ahli arsip kerajaan. Sebagai penjaga arsip, tentu saja Lao Tze sangat menguasai arsip-arsip tua yang ada diperpustakaan di tempat ia bekerja.

Tao Te Cing yang hanya terdiri dari 5000 kata ditulis secara gaib dan menggunakan bahasa kiasan. Sangat sulit bagi awam untuk memahami isi kitab tersebut, karena sangat puitis dan disampaikan secara lugas. Isi terpenting dari kitab Tao Te Cing tersebut adalah “tanpa berbuat” (wu wei), dapat juga diartikan sebagai non action, yang bertentangan dengan alam yang menghendaki manusia untuk berbuat, bekerja dan sebagainya; yang digunakan sebagai metode-metode dan etika untuk memelihara kehidupan seseorang; dan memberikan contoh “jalan” untuk semua orang termasuk penguasa dari orang yang bijaksana, yang juga dikenal dengan Lao Tze atau tokoh utama yang sangat diagungkan dalam Agama Tao.

Kitab Tao Te Cing tersebut merupakan pemikiran dari Lao Tze yang dijadikan buku pedoman moral dan etika bagi banyak orang yang ditulis dari abad ke 4 sM. Sebagian orang atau para ahli menganggap bahwa ada kemungkinan Lao Tze merupakan tokoh mitologi yang tidak pernah ada di di dunia ini, karena kisah-kisah seputar, dia sangat unik yang tidak pernah dijumpai oleh kebanyakan orang di dunia ini. Kemungkinan-kemungkinan seperti itu juga sulit untuk dibuktikan, karena kesulitan untuk menemukan data untuk membuktikan hal tersebut.

Para ahli mengatakan bahwa tidak ada kitab lain kecuali Tao Te Cing yang banyak dibaca dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan tersebar di seluruh dunia. Para pembacanya, bukan saja dari kalangan pengikut agama Tao, tapi juga orang-orang yang ada di luar agama Tao. Mereka tertarik karena ajaran-ajarannya bersifat umum dan lebih bersifat mistik. Di samping itu, ketertarikan orang untuk membaca kitab Tao Te Cing tersebut karena maknanya yang mendalam yang dapat diambil yang dapat diambil dari kata-katanya yang penuh arti. Kitab ini mengungkapkan esensi filsafat awal ajaran Tao.

Kitab ini juga disusun menjadi bab-bab pendek yang puitis, kata-katanya yang ditulis dalam aksara China kuno memberikan peluang kepada banyak orang untuk menafsirkannya, oleh karena itu tidak heran jika banyak kita jumpai penafsiran-penafsiran yang beragam mengenai ayat-ayat yang ada dalam kitab Tao Te Cing. Tidak hanya itu, setiap penerjemah kitab Tao Te Cing, tidak hanya dipandang sebagai penerjemah tapi juga sebagai seorang penafsir, yang berbeda antara satu penerjemah dengan penerjemah lainnya. Di sinilah letak menariknya kitab tersebut, sehingga banyak orang berkeinginan untuk mempelajari dan menggali ajarannya secara mendalam.

Tao Te Cing dapat diartikan sebagai kitab klasik atau kuno tentang jalan dan keluhurannya, dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang Tao. Yang diyakini ada di mana-mana dan asal mula dari segala sesuatu yang ada di alam ini. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Tao tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Sedangkan bagian kedua dari kitab tersebut adalah membicarakan tentang Te, yaitu daya atau kekuatan yang diperoleh dengan mengikuti Tao. Secara keseluruhan kitab Tao Te Cing ini terdiri dari 82 bab.

Tao Te Cing memperlihatkan jalan Taois dan menunjukkan bahwa dengan mengikutinya akan membuat kita mencapai kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun setelah kematian. Lao Tze menggungkapkan Tao melalui lirik yang indah dan puitis, sehingga membangkitkan semangat para pembacanya. Lao Tze ingin menjelaskan Tao itu kepada para pembaca kitab Tao Te Cing dengan sejelas-jelasnya, sehingga mulai dari masyarakat awam sampai dengan masyarakat yang terdidik tidak mengalami kesulitan memahami Tao.

Bagi Lao Tze, Tao itu tidak hanya untuk dikenal atau diketahui, tapi yang lebih penting adalah ada atau bersama dalam diri manusia. Dengan demikian, dia dapat dapat dijadikan semacam pembimbing jalan hidup manusia. Oleh sebab itu dia dinamai Tao atau Jalan, yang dapat dijadikan jalan bagi orang yang mencari kebenaran dan keselamatan dalam hidup ini. Bagi Lao Tze, Tao itu tidak perlu disembunyikan atau disamarkan, tapi juga harus dijelaskan dan dimengerti oleh semua orang yang ingin mencari kedamaian hidup di dunia dan setelah kematian.

Tao Te Cing mengungkapkan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya secara sistematis, sehingga memberikan makna dan dasar pemahaman bagi semua orang. Daya-daya atau kekuatan-kekuatan akan saling menciptakan melalui reaksi berantai yang diawali oleh energi yang saling bertentangan. Peristiwa atau kejadian-kejadian yang ada di dunia nyata merupakan akibat dari daya-daya atau kekuatan ini. Ada merupakan aspek dari tidak ada, sedangkan tidak ada merupakan aspek dari ada, dan keduanya saling menciptakan. Secara sederhana dapat kita katakan bahwa “orang yang hidup” pada awalnya mereka “tiada”, sedangkan “orang yang mati” pada awalnya mereka “ada atau hidup” sebelumnya kemudian mereka mati.

Sebagaimana disebutkan oleh Simpkins, bahwa Tao tidak mengenal akhir, namun kehampaan, yang merupakan jantung dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, atau jantung kehidupan bagi semua mahluk hidup. Berdasarkan ajaran Tao Te Cing bahwa kehidupan yang abadi ditemukan dalam kehampaan. Dari kehampaan bersemi kegunaan. Ruang kosong di dalam gelaslah yang membuat gelas itu menjadi bermanfaat untuk orang banyak, karena tanpa ada ruang kosong di dalamnya, maka gelas tersebut tidak akan dapat diisi dengan air, dan akhirnya tidak akan bermakna bagi semua orang.

Tao Te Cing, memiliki judul asli Lao Tzu. Nama Tao Te Cing diberikan oleh pelajar Tao bernama Wang Pi (226-249) yang berpendapat bahwa kitab tersebut membahas mengenai watak Tao dan kebijaksanaan (te). Akan tetapi nama ini baru resmi dipakai sejak Kaisar Hsuan Tsung berkuasa (739-782) dari dinasti T’ang.

Tentu saja kita ingin mengetahui siapa sebenarnya yang menulis Tao Te Cing, ada beberapa teori yang menjelaskan tentang hal ini. Ada sebagian ahli berpendapat bahwa kitab ini ditulis oleh beberapa orang, salah satu di antaranya tentu saja seorang tokoh sejarah China yang bernama Li Erh yang sekarang dikenal banyak orang dengan Lao tzu atau Lao zi (Lao Tze). Bagian lain dari kitab ini ditulis oleh sejumlah murid Lao Tze atau para pemikir yang sangat menyenangi ajaran Lao Tze.

Para ahli yang lain juga berpendapat bahwa Lao Tze adalah karakter fiktif dan kitab tersebut mewakili ajaran sekelompok pemikir yang memiliki ikatan hubungan longgar tapi memiliki gagasan serupa. Ketika pemikiran tersebut digabungkan dalam satu kitab, kitab ini dinamai Lao Tze, karena mengandung ajaran “orang tua yang bijaksana”. Lao dapat diartikan “tua” dan Tzu berarti “orang yang bijak”. Banyak orang juga berpendapat bahwa kitab ini merupakan hasil kerja dari satu orang dan bukan ditulis oleh satu orang.

Banyak orang menyetujui bahwa kitab Tao Te Cing ditulis dalam satu periode, tapi orang berbeda pendapat ketika menjelaskan kapan kitab tersebut ditulis atau waktu yang pasti kitab tersebut ditulis. Sebagian orang berpendapat bahwa kitab tersebut dibuat pada periode Musim Semi dan Musim Gugur (770-476 sM) dari dinasti Chow Timur (770-221 sM), sehingga Lao Tze yang dianggap orang tua yang hidup di abad 5 sebelum masehi (551-476 sM).

Dalam beberapa buku tentang filsafat China dikatakan bahwa Confucius (Konghucu) pernah bertemu denga Lao Tze dan meminta nasehat kepadanya. Beberapa para ahli yang lain membantahnya, karena gaya kitab ini berbeda dengan gaya kitab klasik Confucius, seperti Su Si atau Analekta (kumpulan karya Konfucius). Dan tidak mungkin kitab tersebut ditulis di zaman hidupnya Confusius.

Di samping Tao Te Cing, kita juga mengenal kitab lain dalam Agama Tao, yaitu Chuang-Tzu atau Zhuangzi, merupakan kumpulan 33 (tiga puluh tiga) Bab esai yang terbagi menjadi tiga bagian: Bab Dalam (nei-p’ien). Bab luar (wai-p’ien), dan bab lain-lain (tsa-p’ien), sebagaimana banyak naskah kuno yang lain. Chuang-Tzu yang kita miliki sekarang ini kurang lengkap. Kitab Chuang-Tzu yang ada sekarang ini ada kemungkinan disatukan pada awal abad ke-4. Pada masa dinasti T’ang, status Chuang-Tzu terangkat ketika kitab ini menjadi satu dari tiga kitab klasik Agama Tao, bersama dengan Tao Te Cing dan Lieh-tzu.

Tulisan dalam Chuang-tzu meliputi pemikiran lebih dari empat ratus tahun. Yakni dari abad ke-4 sM, pada periode pertempuran antar negeri (475-221 sM) dinasti Chow Timur sampai dengan abad ke-3 pada masa dinasti Han Timur. Pada saat ini diyakini bahwa Bab Dalam, yang ditulis antara tahun 250 dan 300 sM, adalah bab yang paling tua dari kitab ini. Bab-bab dalam kitab ini, kelihatannya ditulis oleh satu orang, dan yang menulisnya kemungkinan besar adalah Chuang-tzu sendiri. Beberapa bagian dari Bab Luar dan Bab lain-lain dari kitab ini merupakan esai yang ditulis oleh orang-orang yang berbeda antara tahun 221 dan 25 sM, atau pada masa dinasti Ch’in dan Han. Sedangkan pada bagian lain dari kitab ini kemungkinan besar ditulis pada masa dinasti Wei dan Chin (antara tahun 220-420 M). Beberapa pengarang tersebut adalah murid Chuang-tzu, sedangkan yang lainnya adalah filsuf-filsuf Tao yang hidup beberapa ratus tahun setelah masa Chuang-tzu, yang mengembangkan pemikiran-pemikiran Chuang-tzu untuk generasi-generasi berikutnya.

Chuang-tzu atau Zhuangzi, dianggap oleh para ahli sebagai karya kedua terbesar dari filsafat Taoisme. Kitab ini diberi nama oleh pengarangnya pada abad ke 4 sM, Zhuangzi (guru Zhuang), dan nama lain untuk Zhuangzi adalah Zhuang Zho. Kitab ini lebih banyak diperuntukkan untuk rakyat jelata sebagai pedoman hidup mereka, ketimbang pada para penguasa. Zhuangzi yang juga dikenal sebagai nama penulisnya, dikenal sebagai tokoh yang senang mewujudkan Tao yang tidak terbatas dalam dirinya, guna untuk mempertahankan nilai-nilai kemanusian dalam hidup ini. Dia melihat realitas alam dan menggambarkan alam sebagai sesuatu yang tidak terbatas atau kekal yang ada di alam ini dengan cara yang berbeda-beda. Dia juga melihat bahwa perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup ini dan juga dalam kematian sebagai perpaduan dengan Tao atau tidak terlepas dari unsur Tao.

Kitab Zhuangzi juga bicara tentang keabadian atau kekekalan hidup, kesempurnaan individu atau orang-orang yang hidup di atas gunung-gunung, mencari makanan di sekelilingnya, menghirup embun pagi, udara segar, dan pengalaman di atas gunung yang sangat menyenangkan adalah suatu tindakkan yang dapat menghadirkan ke dalam diri mereka. Semua ide-ide yang terkandung dalam kitab ini menjadi sangat penting bagi tradisi keagamaan Taoisme di seluruh dunia. Pemikiran Zhuangzi yang tertuang di dalam kitabnya ditulis dalam 7 bab, sedangkan pemikiran yang lain ditulis sebayak 26 bab yang barangkali merupakan karya bagi para murid-muridnya yang sangat cerdas dan sangat bijaksana. Dengan adanya kitab Zhuangzi ini maka kepustakaan tentang agama Tao semakin bertambah dan pengetahuan orang mengenai Agama Tao juga semakin bertambah.

Selain Tao Te Cing, Zhuangzi, ada lagi dua karya kefilsafatan Taoisme yang besar lainnya yang ditulis pada abad ke 2 SM. Kedua karya kefilsafatan Taoisme tersebut adalah Huainanzi (guru Huainan) dan Leizi (kira-kira ditulis pada abad ke 3 sM sampai dengan abad ke 4 M). Sama dengan kitab Zhuangzi, kedua kitab ini diberi nama setelah pengarangnya meninggal dunia. Kitab Huananzi menjelaskan bagaimana waktu, alam, dan tindakan manusia satu dengan lainnya dapat saling berhubungan, ketergantungan, sehingga sulit untuk dipisahkan di antara mereka. Berbeda dengan kitab Huainanzi, kitab Liezi menjelaskan mengenai Tao dan perubahan-perubahannya sepanjang sejarah, serta menjelaskan tentang penciptaan alam ini.

Kitab Liezi atau Lieh-tzu, juga dianggap sebagai kumpulan cerita dan hiburan-hiburan dalam filsafat. Kitab ini juga berisikan bahan-bahan yang ditulis selama 600 tahun (berkisar antara 300 sM sampai dengan 300 M). Dalam karya yang aslinya, kitab ini terdiri dari 20 bagian. Dari ke-20 bagian ini kemudian dipadatkan menjadi 8 bagian seperti yang dapat dijumpai saat ini. Lebih kurang 100 tahun, kitab ini tidak mendapat perhatian banyak oleh para pengikut Agama Tao, sebagaimana layaknya kita Tao Te Cing dan Chuang-tzu. Ajara-ajaran yang tertuang dalam kitab ini dianggap hanya untuk memahami Agama Tao pada masa negeri-negeri yang berperang dan kebudayaan-kebudayaan yang berkembang pada awal kekuasaan dinasti Han. Kitab ini sampai ke generasi kita sekarang ini karena jasa besar seorang Cendikiawan dari dinasti Chin Timur, yang hidup pada tahun 317 sampai dengan 420. Dialah yang berjasa menyunting dan memberi komentar kitab ini sehingga menarik untuk dibaca orang banyak. Jika tidak ada usaha keras dari dia, maka barangkali kita sudah tidak akan menemukan kitab ini dan selamanya tidak akan tahu isinya.

Dalam sejarah perkembangan Agama Tao selama ribuan tahun, lebih dari ribuan buku yang tersebar ke seluruh dunia, yang berasal dari kelompok-kelompok Agama Tao dan praktek-praktek Agama Tao yang muncul di masa pemerintahan rakyat. Salah satu buku yang amat penting adalah Bao Puzi (guru yang berpenampilan sederhana) oleh Ge Hong, yang ditulis pada tahun 230M. Ge Hong adalah anggota keluarga dari kaum ningrat yang berasal dari bagian Selatan China yang memiliki hubungan erat dengan kelompok Shangqing. Karya ini difokuskan untuk menjelaskan tentang waktu-waktu dan tempat-tempat untuk melakukan ibadah atau meditasi. Buku atau karya tersebut juga menunjukkan bahwa ada pengaruh dari ilmu fangshi atau “laki-laki dengan makanan”, dan tradisi shaman yang cukup berkembang di China bagian Selatan.

Kitab Bao Puzi dibagi dalam dua bagian atau bab, yaitu bab pertama adalah bab “bagian dalam” yaitu bab yang dikhususkan untuk kalangan tokoh-tokoh Tao tertentu saja, dan kedua adalah bab “bagian luar”, yaitu bab-bab yang menjelaskan tentang etika Konfusius. Bab-bab bagian sebelah dalam berkaitan dengan metode-metode dan teknik-teknik untuk mencapai keabadian, atau kehidupan yang kekal, termasuk juga penciptaan obat untuk memperoleh keabadian yang berasal dari zat-zat mineral. Sedangkan bab-bab di bagian sebelah luar berkaitan dengan adat-istiadat masyarakat dan tingkah laku manusia di dunia ini, khususnya adat istiadat orang China.

Dalam kitab tersebut juga dijelaskan mengenai moral, kebijaksanaan, dan keabadian hidup. Dalam kitab tersebut juga dijelaskan bahwa salah satu yang harus dilakukan oleh orang-orang yang beriman di dalam praktek-praktek ibadah adalah memohon pertolongan dari dewa-dewa, dan sebaliknya mereka juga harus memberikan sesuatu kepada dewa-dewa. Dalam hal ini ada proses timbal-balik, saling memberi dan membalas pemberian tersebut.

Kitab-kitab atau buku-buku yang disebutkan di atas mencakup peraturan-peraturan Agama Tao yang sangat banyak (tao-tsang), etika dan adat-istiadat. Para ahli mencoba untuk mengumpulkan dan mengelompokkan semua karya-karya para ahli Agama Tao yang terjadi pada abad ke 15 sehingga karya-karya tersebut dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Atas dasar pemikiran tersebut, maka secara berkala karya-karya tersebut dapat dikumpulkan dengan bahan-bahan baru yang ditambah dengan versi baru tentang aturan-aturan Agama Tao.

Dalam perkembangan Agama Tao adakalanya terjadi pelarangan terhadap buku-buku yang ditulis oleh para ahli Agama Tao dan terjadi kekacauan di pusat kota China yang disebabkan oleh pemberontak yang berasal dari luar China dan juga pemberontak-pemberontak yang berasal dari dalam negeri China itu sendiri. Versi sekarang dari buku-buku Tao tersebut telah dimusnakan, dengan beberapa karya yang lain yang sama sekali hilang. Di bawah kekuasaan tentara Mongol dan dinasti Yuan, satu versi dari kitab-kitab tersebut dibuat dalam 7000 bab. Kemudian Kubilai Khan memesan semua buku-buku Tao tersebut termasuk Tao Te Cing untuk dibakar setelah terjadi perselisihan antara pengikut-pengikut Tao dan Buddha.

Pada abad ke 15, kitab peraturan Agama Tao dikelompokkan dalam tiga bagian. Hal ini dilakukan karena untuk mempromosikan kitab-kitab Buddhisme, yang tumbuh dengan cepat dan popular pada saat itu. Tiga bagian dari kitab-kitab ini mewakili tiga kelompok tradisi Tao yang berkembang pada saat itu, yaitu: Shangqiang, Lingbao, dan Sanhuang (tiga raja yang berkuasa). Bagian-bagian lain dari kitab tersebut, tidak ada hubungan dengan karya-karya kelompok-kelom-pok sebelumnya. Tergolong dalam kelompok ini adalah Celestial Master (guru-guru surga), yang kemudian hari semakin berkembang di daratan China. Tiga bagian dari kitab-kitab yang disebutkan di atas dibagi lagi dalam sub-sub bagian yang membahas segala macam persoalan yang berhubungan dengan manusia. Salah satu pokok bahasan tersebut mencakup kemurnian wahyu; yang lain lagi adalah pokok bahasan mengenai penafsiran. Bagian lain dari kitab-kitab Agama Tao tersebut membahas persoalan silsilah keturunan dan sejarah kehidupan tokoh–tokoh Tao yang cukup terkenal pada masa itu. Dalam kitab-kitab Agama Tao tersebut hal-hal yang menyangkut peta-peta, diagram-diagram, jimat-jimat suci juga dikelompokkan dalam bagian tersendiri; bagian lain lagi juga menjelaskan konsep-konsep mengenai etika, dan lagu-lagu rohani; dan juga ditambah dengan karya-karya yang menjelaskan praktek-praktek feng shui yang berkembang dalam kebudayaan orang China, di manapun mereka berada, di masa lampau maupun masa sekarang.

Taoisme menerangkan tentang agama yang mencakup unsur-unsur ketuhanan, penciptaan, kematian dan persoalan-persoalan etika. Tidak hanya itu, persoalan tentang emanasi juga dijelaskan dengan panjang lebar, seperti misalnya bahwa manusia hidup karena ada nafas (yuangi) yang ada pada gerakan pertama Tao. Jadi kelompok keagamaan Tao berawal dengan guru-guru surga (celestial master), yang dipandang sebagai perwujudan Tao di atas permukaan bumi ini. Tao Te Cing dipandang sebagai wahyu dari Lao, yang dikenal sebagai Laozi atau Lao Tse. Dia (Tao Te Cing) juga dianggap kitab suci dan Lao Tze (pencipta dari kitab tersebut) dipandang sebagai malaikat pelindung yang datang dari langit oleh para pengikutnya. Seorang penerima wahyu yang cukup terkenal adalah Yang Xi, yang dimasukki oleh sejumlah roh-roh para tokoh-tokoh Agama Tao yang terjadi antara tahun 364 dan 370 M. Yang Xi membuat kitab suci yang dianggap datang dari langit yang paling tinggi (Shanging), dan kitab-kitab ini menjadi pedoman bagi kelompok Shanging. Kitab suci Tao Te Cing adalah kesusastraan yang paling tinggi, baik dalam segi gaya maupun dalam segi kaligrafi. Karya-karya Yang xi yang sangat bagus, yang tersebar ke seluruh masyarakat, bukan saja bermanfaat bagi masyarakat, tapi juga dapat meningkatkan wibawanya di mata masyarakat.

Kitab-kitab yang lain, seperti kitab klasik tentang perdamaian besar (classic of great peace) (taiping ling) dari kelompok serba kuning (yellow turban) memasukkan ajaran-ajaran Tao ke dalamnya, dan mengharapkan keselamatan dari Lao atau Laozi, atau seorang yang hadir di tengah-tengah masyarakat, dapat menjadi pelayan di masa perdamaian, mendatangkan kemakmuran dan umur panjang.

Banyak buku-buku Tao yang ditulis secara kabur atau dengan bahasa sandi untuk mencegah informasi dari tangan-tangan yang tidak menyetujui diterbitkannya buku-buku tersebut. Para guru-guru Agama Tao yang belum bisa memberikan pengajaran secara lengkap diberi semacam pelatihan oleh para ahli, sampai mereka yakin betul bahwa para guru tersebut dapat melakukan pengajaran dengan baik. Pengajaran dilakukan secara lisan sehingga mudah dipahami oleh para pemula atau bagi orang yang baru masuk Agama Tao atau baru memahami Agama Tao.

Kitab peraturan Agama Tao, bukan saja menjelaskan aturan-aturan keagamaan, tapi juga menggambarkan tentang kehidupan tokoh-tokoh Tao yang sangat berjasa bagi rakyat banyak, gambaran mengenai yang transenden, dan sejarah tokoh-tokoh lokal Tao yang dihormati dan dipuja oleh orang banyak setelah mereka mati. Bukan saja kitab-kitab peraturan agama Tao, tapi kitab-kitab lain juga menjelaskan pengajaran dan penulisan tokoh-tokoh penting dalam kelompok-kelompok Agama Tao, seperti Lu Dongbin dan Wang zhe yang sangat berjaya di masanya.

Salah satu yang sangat luar biasa dan penting dalam kitab peraturan Agama Tao adalah membicarakan masalah tempat-tempat suci, seperti gunung-gunung, tempat-tempat ibadah dan candi-candi yang digunakan orang banyak untuk sembahyang. Dalam Agama Tao, alam yang luas ini dipandang sebagai makrokosmos, sedangkan badan manusia dipandang sebagai mikrokosmos atau bagian dari alam yang sangat besar. Keduanya saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi. Jadi, kitab-kitab atau buku-buku tipografi juga menjelaskan mengenai peta langit, bumi, dan gua yang terdapat di bawah tanah. termasuk hal yang penting lainnya, yang tidak hanya untuk garis lintang bumi, perjalanan, melihat alam, tapi juga untuk memetakan alam dari badan kita.
Sebab tubuh manusia itu sendiri adalah bagian dari alam yang cukup besar. (Arw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar