Minggu, 06 Februari 2011

PERSEMBAHYANGAN GO GWEE CE GO

 
Oleh :  Taosu Agung Kusumo


Jatuh waktunya persembahyangan Go Gwee Ce Go ini tepatnya pada hari kelima bulan lima penanggalan Im Yang Lek. Kewajiban persembahyangan ini sudah dilaksanakan semenjak terciptanya penanggalan yang terkait dengan pembagian empat musim dalam setahun di daratan Tiongkok. Semenjak itu pula masyarakat Tionghoa melaksanakan delapan (8) persembahyangan dalam setahun. Salah satunya adalah GO GWEE CE GO. Kedelapan hari raya tersebut  diperingati dengan upacara sembahyang dihadapan meja leluhur.  (Sin Ci)
          Semenjak zaman kuno, segenap bangsa Tionghoa menyambut Go Gwee Ce Go, dengan melakukan upacara sembahyang tersebut dihadapan meja leluhur. Disamping pintu sebelah luar digantungkan ikatan dedaunan yang terdiri dari : - daun Hia, daun Deringo, daun Padi dan daun Beringin.
          Waktu dulu, apabila melakukan sembahyang Go Gwee Ce Go, di meja leluhur disediakan satu mangkok arak putih yang dicampur dengan semacam obat Tionghoa.Setelah selesai sembahyang, maka arak itu diminum oleh segenap keluarga dan diteteskan di atas ubun-ubun anak-anak.Hal ini diyakini, sebagai penolakbala untuk menghindarkan gangguan setan dan pengaruh jahat.
          Hari persembahyangan Go Gwee Ce Go, dikenal pula dengan nama Toan Ngow. Toan artinya tepat. Ngow artinya tengah hari (unsur api) Kedua huruf itu jika dirangkaikan mempunyai arti – tepat tengah hari atau api yang sedang menyala di tingkat paling panas atau tengah hari dan api. Semuanya bersifat sangat panas.
          Sifat panas termasuk elemen Yang. Maka Toan Ngow pun disebut Toan Yang. Sedangkan makhluk halus yang tidak kelihatan, yang  pengaruh jahatnya termasuk unsur Yin ( Im). Di dalam tubuh manusia akan bersifat penyakit/jahat. Sudah menjadi kodrat bahwa jika YIN (Im) ketemu dengan Yang, yang murni, maka Yin akan menyerah.
          Jadi sungguh beralasan, bahwa air yang diambil pada saat Toan Ngow (Go Gwee Ce Go jam 12 tengah hari) akan mempunyai daya penyembuhan yang dahsyat. Bahkan daun obat yang dipetik pada saat Toan Ngow tersebut mempunyai khasiat pengobatan yang sangat mujarab.
Usai melakukan persembahyangan leluhur, masyarakat Tionghoa merayakan  Pe Cun. Yang maksudnya mendayung perahu. Perkembangan selanjutnya sampai era modern sekarang, Pe Cun  lebih dikenal dengan festifal air. Beramai-ramai turun ke air, naik perahu, melepas perahu berlampu, perahu berwarna-warni lenteranya, perahu berlilin, dan sebagainya. Keturunan orang-orang Tionghoa yang sudah menyebar keseluruh dunia seperti sekarang, masih banyak melakukan Pe Cun  dengan beragam modifikasi. Intinya adalah melakukan persembahyangan Go Gwee Ce Go itu tadinya.
Kalau kita merayakan Sin Cia sebagai awal dari musim semi, maka Pe Cun adalah puncak perayaan musim panas. Daratan Tiongkok dialiri oleh ribuan sungai-sungai besar dengan anak-anak sungainya dan mempunyai danau-danau yang luas.  Saat Go Gwee Ce Go, matahari bersinar cerah. Kehangatannya menyebabkan bunga-bunga bermekaran serta mencairkan ribuan meterkubik es dipuncak-puncak gunung, yang memenuhi sungai-sungai dengan airnya yang jernih.
Itulah saat yaag tepat untuk berkumpul bersama keluarga, sahabat dan handai-tolan untuk bergembira dan turun ke air. Maka ramailah sungai, danau-danau dengan orang berperahu sambil memukul gendang, bersuka-ria dan bersyukur atas karunia Thian atas keindahan dan kesuburan alam.
Ada kisah tragis yang terjadi pada Go Gwee Ce Go tahun 278 SM. Dimana seorang pujangga besar Tiongkok bernama Khut Goan ( Qu Yuan – mandarin) menceburkan diri kedalam sungai Milo karena prinsipnya sangat kokoh, yang selalu dipegangnya dengan teguh. Ia lebih baik tenggelam mati disungai daripada merubah prinsip-prinsip kesetiaan hidupnya terhadap Negara.
Historis kesetiaan yang diungkapkan lewat tulisan ataupun sikapnya diturunkan secara singkat dibawah ini:
Sebenarnya kesetiaan itu lebih penting lagi dalam suatu Negara demokrasi. Sebab dengan tidak adanya kesetiaan diantara masyarakat banyak pastilah tidak akan ada, pemimpin yang dapat dipercaya penuh. Dengan tidak adanya kepercayaan, tidak akan terdapat persatuan. Dengan tidak adanya kerjasama, tidak ada republik sejati dapat hidup. Maka itulah aturan kuno masih mempunyai harga susila yang besar.
Juga dalam zaman kini, dimasa pancaroba atau dalam suatu kuali pembauran adalah suatu peringatan bagi pemimpin kita. Baik pemimpin Negara maupun pemimpin agama. Bila dihadapan pihak satu, ia mendukung pihak satu itu tetapi di depan pihak lain mendukung pihak lain pula, tanpa punya sikap yang jelas. Ini adalah pemimpin yang tidak setia.
Bukan berarti mereka yang mengundurkan diri dari jabatannya, selalu sesuai dengan ajaran Khut Goan. Apabila mereka mengundurkan diri hanya karena emosi, kemudian kembali pada jabatannya, padahal prinsip yang diyakini tetap tidak dijalankan, pemimpin jenis ini tidak pernah setia pada dirinya sendiri. Apalagi pada masyarakat yang dipimpinnya.
Atas dasar kecintaan masyarakat pada kesetiaan Khut Goan terhadap Negara dan prinsip-prinsip kebenarannya, masyarakat pada waktu itu  membuat kue TJANG . Kue itu  di ikat benang merah lalu  dilemparkan ke sungai sebagai pelimpahan hormat pada jasa dan kesetiaannya terhadap Negara.
Dari sanalah lahir tradisi makan kue Tjang pada perayaan Pe Cun. Kue ini kemudian berkembang menjadi Ba Tjang yag di isi daging babi, udang atau ayam.
Persembayangan Go Gwee Ce Go adalah ritual yang terkait dengan:
1.   Toan Yang     - sehubungan dengan persembahyangan  
                                 dipuncak Musim Panas.
2.   Pe Cun           - yang berarti mendayung perahu dalam
                                 rangka festifal air di musim panas.
3.   Kue Tjang     - yang pada awalnya dipersembahkan sebagai
                                 penghormatan atas jasa-jasa Khut Goan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar