Rabu, 23 Februari 2011

Perbedaan Tao dengan Agama Tao


Tao adalah pokok (hakekat) berasal dari jiwa sejati atau hati nurani dan merupakan kebenaran yang kekal serta abadi, diberikan pada setiap manusia yang disebut jiwa sejati dan juga liang Sin serta hati nurani. Hati nurani adalah akar dari hatinya manusia, dan merupakan maha sumber dari jiwa setiap manusia. Kita dilahirkan dari sana, dan kelak jika meninggalpun harus kembali kesana, ini merupakan jalan hidup dan mati yang memang seharusnya kita lalui.

Tao adalah pusaka rahasia yang sejak dahulu kala, merupakan ilmu sejati dari hati nurani yang misterius, dengan diturunkan dari hati ke hati setiap manusia, dan bila bukan karena firman Tuhan Yang Maha Agung, sesuai dengan situasi, maka diturunkan ke dunia ini. Dewa orang suci manapun tidak akan berani menurunkan ajaran ini dan tidak akan membocorkan kerahasiaan serta keajaiban dari ilmu sejati hati nurani ini.

Oleh karena itu kata-kata sucinya tidak tercetak di atas kertas, seperti Kitab-kitab Se Su Cing (Konfucuisme), Agama Tao dengan lima ribu kata terdapat di dalam Tao Tee Cing, Ching Cing Cing, Huang Thing Cing dan lain sebagainya. Kitab-kitab suci dari Nabi Lau Tze, semuanya tercatat sebagai pembuktian rahasia dari Tao yang sejati ini, tetapi tidak ada yang secara terang-terangan membocorkannya, semuanya hanya memberikan dengan kata-kata/isyarat.

Agama merupakan satu daya upaya di dalam lingkaran dan di luar Tao, yaitu usaha-usaha yang bersumber dari Tao, sebagai macam-macam upaya untuk memberikan peradaban kepada manusia di dunia ini, juga merupakan sebagai alat Tao. Tao adalah tubuh pokok, sedangkan Agama adalah alat yang mengabdi kepada pokok, misalnya sebuah pohon, Tao adalah akarnya, sedangkan ranting-ranting dan daun-daunnya adalah agama.
Semua makhluk, benda dan segala hal, tiada satupun meninggalkan Yang Esa, bila mening-galkan yang Esa akan binasa. Esa adalah Tao, dan ini merupakan kebenaran kekal abadi yang takkan pernah berubah. Kong Hu Cu mengatakan: “Saya selalu menjabarkan Yang Esa, sedangkan Agama adalah satu upaya membina budi pekerti dan berbuat amal, membina hati nurani, sebagai satu upaya pengajaran agar kelak mendapat dasar kehidupan di akhirat”.

Oleh karena itu dikatakan : Tao adalah menjalankan kehidupan beragama, agama termasuk upaya pengajaran di dalam agama masing-masing termasuk juga di dalam pengajaran umum, supaya manusia di dunia ini membina hati nuraninya, dan jangan melakukan perbuatan jahat, melakukan perbuatan-perbuatan baik, dengan menolong hati manusia agar tidak menjadi jahat sehingga menjadikan orang yang baik, agar pada kehidupan setelah kematian mendapatkan pahala kebaikan.

Apa yang diajarkan oleh Agama adalah pengajaran berkeadilan untuk seluruh manusia dan dengan tidak ada perbedaan / siapapun boleh mengetahuinya, maka akan sangat mudah bagi penganutnya. Seperti yang dikatakan Nabi Lao Tze: “Ajaran dan ilmu yang sama rata, apa yang tercatat di kitab-kitab suci agama sangat gamblang dan mudah dibaca untuk diketahui oleh setiap orang, ini merupakan ajaran yang sama rata, tapi di dalam Kitab Kitab Suci itu banyak juga tersembunyi rahasia sejati yang ajaib dan misterius, sepintas lalu maksudnya demikian, tetapi dalam pengertiannya yang dimaksud lain, banyak sekali keajaiban dan kemisteriusannya. Namun bila mendapat petunjuk dari seorang Guru Penerang, bagaimanapun cerdasnya tidak akan mudah mengerti rahasia makna yang terkandung di dalamnya”.

Nabi Lao Tze pun pernah berkata : “Tulisan Nabi yang dapat kita baca dan mengerti adalah ajaran dan apa yang dikatakan Nabi tentang jiwa sejati dan Ke-Tuhanan hanya dapat dibaca (didengar) tapi tidak dapat dimengerti bahwa itu Tao”. Di sinilah letak perbedaan antara Tao dan Agama. Agama sering diturunkan dan disebarluaskan, tapi Tao takkan diturunkan bilamana waktunya belum sampai, karena Tao mempunyai waktu yang sangat tersembunyi.

Bagaimanapun kita perkasa, jenius dan berpengetahuan luas serta mengerti semua ilmu-ilmu klasik dan modern, juga takkan berhasil mendapatkan Tao yang sejati ini. Karena Tao takkan diturunkan bilamana waktunya belum sampai, dan tidak akan diturunkan pada sembarang orang, bila akan turun malapetaka maka barulah Tao diturunkan.
Agama memang sudah ada, dan apabila Tao diturunkan agamapun akan tetap ada. Tao tidak jauh berbeda dengan Agama dan begitupun sebaliknya, Agama tidak jauh berbeda dari Tao. Kalau Agama jauh dari Tao, maka agama itu akan merupakan suatu agama sesat dan takkan mengajarkan penganutnya menjadi orang baik

Agama menurunkan kaidah-kaidah kehidupan di dunia bagi setiap manusia, memberikan contoh-contoh berperi kemanusiaan, cara-cara membina hati manusia, sehingga menjadikan sokoguru bagi negara dan didalam rumah tangganya, dijadikan sebagai alat untuk membina budi pekerti pada kehidupan di dunia ini. Agama mengajarkan manusia merubah yang buruk menjadi yang baik menuju kehidupan yang makmur dan sentosa di masyarakat, sebagai persiapan untuk mendapatkan jalan berke-Tuhan-an.

Oleh karena itu agama sangat dibutuhkan dan tidak boleh tidak ada. Penganut agama apapun, bila sudah paham bahwa Tao adalah sumber pokok dari agama. Dari beragama sampai mendapatkan Tao, dan ini harus kita kembangkan kecerdasan kita, maju selangkah dengan bertindak membina diri agar jiwa sejati kita menjadi jernih. Mengerti akan ajaran yang maha luhur, bahwa kita datang darimana dan kelak pada saat nanti meninggal seharusnya pulang kemana, dengan demikian kitapun akan mengerti maksud dari pembinaan hati nurani pada kehidupan sehari-hari.

Tao, Thian di ibaratkan bagai samudera yang luas dan dalam. Karena samudera tempat menampung semua sungai, baik kecil maupun besar, baik airnya bersih maupun kotor, dan yang lebih ajaibnya dapat menjernihkan semua jenis air serta membuat rasanya menjadi satu. Kini tiba saatnya kita berada di ujung zaman, dari ketiga zaman, Tao Thian diturunkan secara luas di dunia ini, dengan tidak membedakan agama dan ras (kebangsaan), tidak membedakan kaya atau miskin, semua berkesempatan mendapatkan Tao dan mendapatkan ajaran yang sejati dari semua ajaran untuk kembali menuju yang Esa, sehingga akan mendapatkan kedamaian hidup (kehidupan yang kekal di surga).

Semua mereka yang berhati baik dan per-caya, baik pria maupun wanita, marilah kita tanamkan dan bercita-cita luhur, dengan tidak ragu atau segan bertanya untuk melangkah maju dengan memperdalam ajaran sejati ini.

Tao yang Maha Besar telah turun dan meluas di dunia ini, segeralah dengan cepat mencari guru penerang untuk mendapatkannya, dan bila tidak secara mendalam kita mempelajari yang Esa ini, maka bila ajal itu tiba, jalan pulang akan tiada.


TUJUAN TAO

Tao memiliki silsilah, yaitu ilmu yang diturunkan dari hati ke hati, Tao diturunkan menurut ajaran hati dari para guru penerus generasi sebelumnya yang merupakan inti serta asal usulnya, ada silsilah dan sumbernya, bukan ajaran sembarangan dan bukan aliran agama sesat. Tao merupakan ilmu hati yang langsung diturunkan, agar kita mampu melampaui kelahiran dan mengakhiri kematian.

Menyadarkan manusia, agar setiap orang memiliki hati nurani, agar setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini telah dibekali roh oleh Tuhan, dan roh ini disebut juga sifat Tuhan (Hati Tuhan yang penuh kasih), maka barulah kita dapat hidup di dunia dengan mempunyai hati nurani. Oleh karenanya setiap manusia seharusnya memiliki hati nurani, namun karena termakan oleh waktu maka lambat laun terlupakan kemudian menjadi hilang, maka kebanyakan manusia perbuatannya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, dengan berbuat yang melanggar hukum, tidak bermoral sehingga masyarakat tidak lagi tenteram. Tujuan Tao adalah menunjukkan adanya hati nurani di dalam diri manusia, supaya setiap manusia menemukan hati nuraninya, sehingga dapat melakukan perbuatan sesuai dengan hati nuraninya.

Memulihkan kebaikan hati serta kebajikan untuk mencapai tujuan yang tertinggi, tidak perlu melalui proses berpikir lagi dan langsung dapat membedakan yang salah dan yang benar, yang baik dan yang buruk, itulah yang dinamakan kebaikan hati. Kebaikan hati dan kebajikan, juga diberikan oleh Tuhan kepada kita, akan tetapi hidup dalam dunia peradaban yang penuh dengan materil, dan demi mengejar kenikmatan materil, sering kali kita tidak tahu apa itu artinya kebaikan hati, sehingga tidak dapat melakukan kebajikan, melainkan apa yang kita pikir dan apa yang kita perbuat, semuanya hanya demi kepentingan pribadi kita sendiri. Tujuan Tao Thian adalah supaya semua orang dapat menemukan kembali Kebaikan Hati dan Kebajikan yang memang sejak dulu kita miliki, sehingga terciptanya dunia yang sempurna dan ideal.

Mentaati aturan-aturan dan tata krama kuno, yaitu 4 (empat) kaidah dan 3 (tiga) aturan. 4 Kaidah yaitu : Sopan Santun (Li), Ksatria / fair (i), Bersih dan tidak korupsi (Lien), dan Tahu malu (Tze). Sedangkan 3 aturan adalah, Atasan sopan bawahan setia. Orang Tua memberikan kasih sayang, anak berbakti. Dan Suami istri yang harmonis.

Sementara Chang (artinya kaidah abadi) : Pengasih/penyayang, bijaksana, sopan santun (Li), cerdas (pikiran tenang, tahu mana yang salah dan mana yang benar, memegang janji/dapat dipercaya.

Semua aturan dan kaidah di atas itu adalah pendidikan moral pada zaman dahulu, karena pendidikan moral memiliki aturan dan kaidah-kaidah itu sebagai dasar, maka hati orang lugu, sederhana dan baik akan hidup tenteram sentosa. Tetapi pada zaman sekarang ini teknologi sangat maju pesat, banyak orang hanya memikirkan mencari uang dan berfoya-foya serta telah lama melupakan kaidah-kaidah pendidikan moral dan tata krama. Oleh karena itu pendidikan dari Tao/Tuhan juga merupakan tujuan, agar manusia dapat taat pada tata krama klasik /kuno itu, sehingga hati nurani kembali menjadi baik.

Menggali ajaran-ajaran dari nabi-nabi kelima agama ; Islam, Kristen (Nasrani), Buddha, Khong Hu Cu dan Taoism. Para Nabi dari kelima agama tersebut, pernah mendapatkan kebenaran dari jagat raya ini (Tao Thian), oleh karenanya beliau-beliau menjadi nabi.

Kebenaran yang didapat oleh para Nabi itu secara diam-diam disalurkan di dalam Kitab Sucinya masing-masing. Oleh karenanya, bila kita belum mendapatkan Tao Thian, lalu ingin menjabarkan secara jelas mengenai makna yang terkandung di dalam Kitab Suci tersebut adalah tidak mungkin. Kini Tao Thian di turunkan ke dunia, maka kita dapat menjabarkan secara jelas makna sebenarnya yang terkandung di dalam ajaran kelima Nabi itu dan kita jadikan sebagai pegangan di dalam pembinaan Tao.

Berusaha mewujudkan dunia yang sama rata dan sama rasa. Sampai pada saat ini, manusia hidup di dunia belum pernah dapat menikmati kehidupan yang benar-benar aman sentosa. Hal ini disebabkan, karena hubungan antar negara, antar manusia, tidak berpijak pada keadilan, yang kuat memakan yang lemah, negara besar mendikte negara kecil, sehingga peperangan berkobar di mana-mana, dan akhirnya malapetaka merajalela.

Tujuan Tao Thian adalah agar setiap manusia dapat pulih kembali hati nuraninya, sehingga hubungan antar negara dapat berpijak diatas kaidah keadilan dan diharapkan pada suatu saat nanti, dunia akan betul-betul menjadi aman sentosa serta dunia yang sama rata sama rasa. Tao Thian tidak memiliki latar belakang apapun juga dan tidak mempunyai maksud lain, tidak mengembangkan pikiran yang buruk, tidak bertolak belakang dengan peraturan-peraturan dan hukum masyarakat serta negara.

Tao Thian mengajarkan setiap orang berterus terang, polos, jujur dalam bekerja, menghormati langit dan bumi, menghormati para roh suci, patriot, setia pada tugas, menjunjung tinggi tata krama dan sopan santun, berbakti pada orang tua, hormat kepada guru, bergaul dengan teman, dapat dipercaya, hidup rukun dengan tetangga, merubah yang buruk menjadi baik, yang sesat menjadi lurus, membersihkan hati, menjernihkan pikiran, meminjam yang palsu (raga kasar) membina yang asli (roh sejati), memulihkan roh sejati kita menjadi semula, menegakkan diri sendiri untuk menegakkan orang lain, membujuk hati orang menjadi baik, turut berperan dalam usaha menciptakan ketentraman dunia, dan yang terakhir mencapai dunia yang sama rata sama rasa.

APAKAH TAO?

Tao adalah kebenaran dari seluruh jagat raya, oleh karenanya Tao boleh juga dikatakan Kebenaran atau Aturan. Tao tiada bentuk dan tak tampak, tiada suara, tiada bau, tidak dapat dilihat, tak dapat digambarkan. Tapi apabila dijagat raya ini tidak terdapat Tao, maka semua ada di dalam jagat raya tidak akan ada kelanjutan. Tao berada di langit, dibumi, di benda-benda, dan di masalah-masalah serta di segalanya. Di dalam tubuh manusia Tao disebut sebagai Hati Nurani, bila ada seseorang melakukan hal-hal yang berlawanan dengan hati nurani dan kebenaran dari Tuhan, maka akan dikatakan bahwa perbuatannya telah membelakangi kehendak Tuhan atau tidak sesuai dengan Tao.

Tao adalah kebenaran yang takkan pernah berubah, sejak adanya jagat raya ini, sedangkan jagat raya selalu berubah-ubah, manusia dan segala masalahnya juga selalu berubah, hanya Tao-lah yang setelah berjuta tahun tidak pernah dan tidak akan berubah. Ribuan tahun yang lalu, bila seseorang mendapatkan Tao, maka ia menjadi orang suci, seperti ; Lao Tze, Malaikat, dan yang lainnya.

Orang sekarang pun dan ribuan tahun lagi, apabila mendapatkan Tao, maka akan sama juga dapat menjadi seperti yang tersebut di atas. Oleh karena itu, barang siapa yang tahu jalan ini, maka dapat kembali kepada asalnya, menjadi Malaikat, menjadi Buddha, Namun bagi yang tersesat dari jalan ini, maka akan terjerumus ke lingkaran derita

Tumimbal lahir (lingkaran reinkarnasi), atau menjadi makhluk yang berada di alam neraka.

Seperti yang telah dikatakan di atas, bahwa kebenaran (Tao) ini bila terdapat di langit, maka jadilah hukum-hukum angkasa, di bumi jadilah hukum-hukum bumi, di dalam tubuh manusia jadilah apa yang disebut budi pekerti dan kebaikan hati, di dalam masalah akan menjadi aturan, di dalam kebendaan akan menjadi hukum alam, di dalam tulisan dan perjalanan juga terdapat aturan-aturan.

Bila langit kehilangan aturan, maka bintang-bintang akan berguguran, bila bumi kehilangan aturan, maka akan terjadi bencana alam, tanah longsor, banjir, dan lain-lain, bila manusia kehilangan Aturan, menjadi tidak beradab, tulisan tiada Aturan, tidak akan mempunyai pengaruh luas, Tao tiada aturan, juga tidak akan mencapai kesempurnaan.

Maka dari itu, di dalam alam semesta ini, semua hal dan benda, bila terdapat aturan akan menjadi aman sentosa, dan bila sebaliknya, maka akan terjadi angkara murka dan celaka. (Li) aturan harus mendapatkan (I) yang Esa, dan bila kehilangan (I) Esa, maka akan menjadi (mai) terpendam. Pepatah mengatakan : “Berpegang pada Aturan, maka akan dapat berkelana di seluruh dunia, dan bila tidak maka setindakpun/selangkahpun akan sulit”.

Tao juga berarti jalan, jalan ini merupakan jalan satu-satunya menuju surga. Secara singkat dapat dikatakan, bila kita ingin kembali kesurga (Nirwana) yang penuh kebahagiaan abadi, kecuali dengan mendapatkan Jalan Ke-Tuhan-an (Tao) ini, selain itu tida jalan lain.

Tao dalam huruf Tionghoa, terdiri dari 2 (dua) titik, yang artinya Yin dan Yang / Plus dan Minus. Plus dan Minus juga berarti Tao, karena di dalam Plus terdapat Minus dan didalam Minus terdapat Plus, yang berarti bila hanya terdapat Minus, maka tak akan ada perkembangan dan bila hanya ada Plus, maka tak akan ada pertumbuhan.

Bila dijelaskan secara modern, berarti di dalam hati saya terkandung dirimu dan di dalam hatimu terkandung diriku, itulah makna pokoknya. Namun di dalam prakteknya, yang seharusnya Minus ya Minus, yang seharusnya Plus ya Plus. Misalnya kita mengemudikan mobil, bila memang waktunya harus perlahan, kemudikanlah dengan perlahan, dan bila waktunya harus cepat, maka kemudikanlah dengan cepat, tetapi bila sebaliknya, maka akan terjadi kekacauan dan akan banyak menimbulkan masalah, hal itu bukanlah cara mengemudi yang aman.

Di bawah antara titik itu terdapat garis, yang artinya Esa dan berarti target yang paling akhir yang harus dikejar oleh berbagai agama dan berbagai aliran filsafat. Taoisme mempunyai pendapat dengan mempertahankan yang Esa, Konfuciusme mengajarkan konsisten dengan keesaan, Agama Buddha mengatakan kembali kepada yang Esa. Esa juga berarti keseluruhan, termasuk yang asli dan yang palsu, dari sini dapat di bayangkan, bahwa Esa sangat penting, bahkan ada orang yang mengerahkan seluruh kehidupannya untuk mencari Esa ini.

Di dalam huruf Tionghoa (Jen) Manusia setelah mendapatkan yang Esa akan menjadi besar, lalu yang Esa ini kemudian di kembang luaskan sesuai dengan keinginan Tuhan, maka menjadi (Thian) dan mencapai suatu taraf, terpadunya antara Tuhan dengan manusia. Para Nabi pernah bersabda : “Langit bila mendapatkan yang Esa akan menjadi bening (cerah), bumi bila mendapatkan yang Esa akan menjadi tentram, manusia bila mendapatkan yang Esa akan menjadi suci”.

Kemudian kita telaah lagi, bahwa di bawah garis tersebut terdapat huruf (ce), yang artinya diri sendiri,dan berarti Tao berada di dalam diri kita sendiri, sedangkan di luar diri kita tidak terdapat Tao, seperti apa yang tertera di dalam Kitab Suci Tao Te Cing : “Bila kita meninggalkan Tao, maka sepanjang hidup takkan pernah melihat adanya Tao, Agama menyatakan bahwa setiap orang sebenarnya adalah anak Tuhan, Tao tidak menjauhkan manusia, namun manusia sendirilah yang menjauhkan Tao”.

Semua pernyataan-pernyataan tersebut, mengingatkan kita agar mencari yang Esa itu ke dalam diri kita masing-masing, dan jangan mencari diluar (ce) tiga huruf ini, bila dihimpun menjadi satu, jadilah huruf (sou), artinya yang pertama dan yang paling mulia. Berkelana di dunia yang fana ini, hanya untuk membina diri, di dalam Tao-lah yang paling tidak pernah ada salahnya. Sejak dahulu kala, yang membuat kita selalu terkenang di dalam sanubari kita adalah orang-orang suci yang telah mencapai kesempurnaan dan kembali ke asalnya, dengan meninggalkan nama harum di dunia ini, bukanlah pembesar-pembesar dan saudagar-saudagar kaya raya.

Dr. Sun Yat Sen, Bapak Republik Tiongkok pernah mengatakan : “Lakukanlah hal-hal yang besar, dan jangan hanya jadi pembesar”. Di dalam uraian tersebut, terkandunglah makna yang sebenarnya.

Yang terakhir, coba kita simak lagi, bahwa di bawahnya juga terdapat huruf (ceh), yang berarti harus dilaksanakan, Tao bukanlah buah bibir, tetapi harus disimpan di dalam hati. Di dalam hati, Tao adalah kesadaran yang timbul dari sanubari yang telah mempelajari ke-Tuhan-an, misalnya kita sehabis minum, maka akan terasa panasnya atau dinginnya minuman tersebut. Bila Tao hanya dibaca di bibir saja tapi tidak dilaksanakan, maka berarti lain dihati, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat dan itu tidak ada gunanya. Namun kalau dibaca lalu dilaksanakan sepanjang hidup, maka akan berguna bagi diri sendiri, orang banyak (masyarakat). Pepatah mengatakan “Bila tiada budi yang tinggi, maka Tao tidak akan sempurna”.

Untuk melaksanakan Tao, kita mengenal Budi yang bermakna (mengandung) 5 sila (U Chang), yaitu : Kasih sayang, Ksatria, Sopan, Tahu apa yang baik dan buruk, dan Memegang Janji.

Hanya manusialah makhluk yang mengetahui lima dari Budi ini, dan kitapun mengenal Budi yang tercakup dalam 8 (delapan) Kebajikan (Pa Te) yaitu :
1.
Berbakti pada Orang Tua.
2. Sayang pada sesame saudara.
3. Setia pada atasan dan Negara.
4. Memegang Janji.
5. Sopan.
6. Ksatria.
7. Kebersihan Hidup. dan
8. Tahu Malu. 

(Arw)

1 komentar: