Rabu, 23 Februari 2011

Riwayat Hidup Lao Tze


Sumber keterangan mengenai riwayat hidup Lao Tze terdapat dalam karya Szu-ma Chien, yang hidup peda abad pertama sebelum masehi (415-90 sM).

Keluarga Li di Desa Keh Jin dalam distrik Tsow, yang sekarang termasuk wilayah Provinsi Honan, melahirkan seorang putra pada tahun ketiga masa pemerintahan penguasa ke-21 dari Dinasti Chow Timur (771-255 sM), diberi nama Li Peh Yang. Sangat sedikit hal yang menceritakan tentang masa mudanya, kecuali tentang dirinya yang kemudian menjabat sebagai Pengawas Urusan Arsip pada Perpustakaan Kerajaan di Ibukota Loyang.

Jabatannya itu, memberi peluang dan kesempatan bagi Li Peh Yang untuk belajar dan memperoleh pengetahuan secara luas. Setelah memperoleh cukup pengetahuan, iapun banyak mengeluarkan banyak pendapat, dan dikagumi banyak orang. Maka namanya semakin terkenal dan mendapat julukan Lao Tze atau Ahli Pikir Tua.

Lao Tze, dapat juga diterjemahkan sebagai “putra tua”, “sahabat tua”, atau “sang guru tua”, atau sering juga kita terjemahkan sebagai “guru”, merupakan gelar kecintaan dan penghormatan kepada seseorang dan bukan namanya.

Beberapa legenda yang berada di sekitar Lao Tze juga tidak bisa dipisahkan dengan kehidupannya. Dia dikabarkan lahir tanpa dosa, meskipun banyak orang yang tidak tahu betul tentang kelahirannya. Dia dilahirkan tanpa dosa sama sekali oleh sebuah meteor dan dikandung oleh ibunya selama delapan puluh dua tahun. Oleh sebab itu, ia lahir sebagai orang yang sudah tua dengan rambut di kepalanya yang sudah memutih. Dia lahir sebagai orang yang bijaksana dan penuh dengan wibawa.

Berkat pekerjaannya sebagai pemelihara arsip di negaranya, yaitu di sebelah Barat China, maka semua arsip-arsip negara terjaga dengan rapi dan tersimpan di tempat-tempat yang aman, karena dia tergolong orang yang tekun dalam mengurus persoalan kearsipan.

Walau ia sudak cukup terkenal, namun Lao Tze tetap menjadi pengawas urusan arsip. Kemudian terjadi perubahan sikap dan kebijaksanaan para penguasa dinasti Chow, yang semakin hari semakin sewenang-wenang, lebih mengutamakan berfoya-foya dan menuruti kesenangan diri sendiri. Lao Tze merasa hidupnya dalam kehinaan di bawah penguasa yang berprilaku seperti itu. Sekalipun usianya sudah mendekati 90 tahun, Lao Tze meninggalkan tanah kelahirannya.

Dalam perjalanannya mencari dunia baru, pada jalan genting Hankow, seorang perwira pengawas perbatasan bernama Hin Yin mengenali Lao Tze, lalu mencegahnya dan tidak menginzinkannya lewat. Diperlakukan seperti itu, Lao Tze menanyakan : “Kanapa anda tidak memperkenankan saya lewat?”, tanya Lao Tze.

“Tuan guru, anda adalah seorang ahli pikir terbesar, kemasyhuran nama anda sudah terdengar di mana-mana, tetapi anda tidak pernah menuliskan ajaran untuk kami warisi. Jika anda diizinkan lewat, maka kami akan tidak memiliki catatan tentang ajaran anda,” ujar penjaga tersebut.
“Jika saya tuliskan ajaran saya, apakah anda akan mengizinkan saya lewat?” tanya Lao Tze.
“Ya tuan guru,” jawab perwira Hin Yin.

Guna memenuhi permintaan perwira Hin Yin tersebut, Lao Tze berada selama tiga hari tiga malam di daerah perbatasan itu, untuk menuliskan hal-hal terpenting dari ajarannya. Kemudian Lao Tze menyerahkan hasil tulisannya berupa buku tipis yang terdiri atas 5000 huruf Tionghoa, diberinya nama Tao Te Cing yang mempunyai arti Tao dan Kodratnya.
Perwira Hin Yin menerimanya dengan gem-bira, kemudian Lao Tze diizinkan lewat dan melanjutkan perjalanannya menuju ke arah barat, konon menuju Tibet sekarang ini. Berbeda dengan para penyebar agama lain, yang melalui berbagai tantangan dan penuh penderitaan. Lao Tze hanya meninggalkan sebuah buku tipis sebagai warisan.

Agama Tao yang merupakan agama leluhur masyarakat Tiongkok, adalah merupakan agama yang berpegang kepada ajaran Lao Tze, yang hidup pada abad 6 sebelum Masehi (604-517 sM). Lao Tze lebih tua lima puluh tahun dari Kung Fu Tze (551-479 sM).

Gambaran mengenai keseluruhan pribadi Lao Tze didasarkan pada buku kecil (Tao Te Cing) yang diyakini ditulisnya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Namun Lao Tze adalah sosok tokoh yang lain, dia digambarkan dapat menggabungkan dua karakter sekaligus, dia sebagai petapa atau senang hidup menyendiri dan juga sebagai seorang humoris atau orang yang senang bergaul dan menyenangkan untuk semua orang. Sehubungan dengan dia senang untuk bertapa atau menyendiri, maka tidak heran jika para ahli menganggap bahwa ajaran-ajaran Lao Tze sebagai mistisisme atau tasawuf dalam ajaran Islam sebagaimana dipraktekkan oleh banyak filosof muslim di negara-negara Arab.

Kitab yang berjudul Tao Te Cing, dipandang sebagai karya kefilsafatan pertama dalam sejarah Cina. Kitab ini juga diyakini berasal dari Lao Tze dan dipandang orang Cina sebagai pedoman yang amat penting dalam hidup ini. Ini terbukti bahwa sampai sekarang kitab tersebut masih menjadikan acuan jika kita ingin melihat bagaimana alam pikiran Cina masa lampau.

Buku kecil ini dapat dibaca dalam waktu singkat dan meliputi keseluruhan ajaran Tao. Ajaran ini sampai sekarang masih tetap menjadi acuan para pengikut Tao di seluruh dunia. Ajaran Lao Tze ini juga tidak luput dari penafsiran-penafsiran para ilmuan, termasuk menghubungkannya dengan kepentingan dunia gaib dan untuk kepentingan meramal nasib. Tafsiran ajaran Lao Tze yang sangat beragam, melahirkan pandangan orang tentang agama Tao yang berbeda-beda.

Pada akhir riwayatnya, Lao Tze dikabarkan menunggang seekor kerbau dan pergi ke arah Barat, yang sekarang ini daerah tersebut dikenal sebagai Tibet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar