Sabtu, 05 Februari 2011

FALSAFAH TAO


Falsafah dalam Tao, penuh arti dan makna

yang dapat sebagai jembatan pengetahuan oleh seluruh umat manusia,

bukan saja oleh umat di negeri Tiongkok dimana Tao itu berasal,

akan tetapi berguna bagi umat manusia di - seantero jagad raya ini.

 

Tao, didalam huruf Tionghoa pengertiannya ada 2 (dua) titik, artinya Yin dan Yang dapat juga dikatakan Plus dan Minus. Plus dan Minus berarti juga Tao, didalam plus terdapat minus dan didalam minus terdapat plus. Bila hanya minus saja berarti tak akan ada perkembangan dan apabila hanya terdapat plus saja tidak akan ada pertumbuhan, semuanya itu saling terkait satu sama lainnya. Bila kita uraikan dan jelaskan dengan istilah jaman kini ( Modern ), berarti didalam hati diri-ku terkandung diri-mu dan didalam hati-mu terkandung diri-ku. Itulah makna pokok, akan tetapi praktek seharusnya minus ya minus dan seharusnya plus ya plus. Se-umpama kita saat mengemudikan mobil, sewaktu-nya harus perlahan ya kemudikan dengan perlahan, bila waktunya cepat ya kemudikan dengan cepat, tetapi jika sebaliknya pasti akan banyak masalah yang timbul dan bukanlah cara mengemudi untuk mencari yang aman.
Dibawah 2(dua) titik, terdapat satu garis yang artinya “ Esa “, itulah target paling yang dikejar oleh berbagai agama dari berbagai aliran filsafat. Maka Kong Fuisme menganjurkan “ Konsisten dengan Ke-Esaan “, agama Budha mengatakan “ Kembali kepada Yang Esa “, Taoisme berpendapat “ Mempertahankan Yang Esa “ , ungkapan ini adalah menyeluruh, apakah itu termasuk yang asli maupun yang palsu. Disini kita dapat bayangkan Yang Esa hal yang begitu penting, bahkan ada orang yang mengerahkan seluruh kehidupannya untuk mencari Yang Esa, Ini dalam huruf Tionghoa “…” (Jen). Manusia setelah mendapatkan Yang Esa akan menjadi Besar, Lalu Yang Esa, itu dikembang luaskan sehingga sesuai dengan keinginan Tuhan ( Tien ), yang akhirnya tercapai suatu taraf terpadunya Tuhan dengan manusia. Para Nabi pernah bersabda: “Langit bila mendapatkan Yang Esa, akan menjadi bening, Bumi bila mendapatkan yang Esa akan menjadi tentram, Manusia mendapatkan Yang Esa, akan menjadi Suci“. Bila kita telaah lebih dalam lagi dan digaris bawahi, huruf yang terdapat pada huruf “ …. “ artinya diri sendiri, ini berarti Tao sebenarnya berada dalam diri manusia itu sendiri, akan tetapi diluar tiada ada Tao, seperti yang tertera dalam kitab suci Liu Cu Than Cing.
Bila kita meninggalkan Tao : “Sepanjang hidup tak akan melihat adanya Tao”. Agama Budha menyatakan : “Setiap orang sebenarnya adalah Budha adanya”. Sedangkan Kong Hu Cuisme menyatakan : “Tao tidak menjauhkan manusia, manusia itu sendirilah yang menjauhkan Tao”. Yesus Mengatakan : “ Tuhan bersama dengan saya “, semua pernyataan itu sama maknanya, hanya peraturannya saja yang berbeda. Seperti apa yang dikatakan : Dalam sanubari saya terdapat Budha, Budha Saya adalah Budha sejati, bila saya tidak memiliki hati Budha, dimanakah dapat saya mencari Budha itu ?. Semua pernyataan-pernyataan itu mengingatkan kita, agar kita mencari yang Esa itu kedalam diri kita, jangan mencari diluar. ….. tiga huruf ini bila dihimpun menjadi satu, jadilah huruf “….” (Sou ), artinya yang pertama adalah yang utama. Bila dicermati disini berarti, dari langit sampai ke bumi, hanya Tao yang paling Mulia, berkelana di dunia yang fana ini, hanya membina diri di dalam Tao itulah yang paling tiada salahnya. Sejak dahulu kala yang membuat kita selalu terkenang dalam hati sanubari kita menjadi orang-orang suci yang telah mencapai ke-sempurnaan dan kembali keasalnya, meninggalkan nama harum di alam duna ini, bukan seperti para pembesar-pembesar dan saudagar-saudagar yang kaya raya itu.
Dr. Sun Yat Sen, Bapak Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pernah berkata : Lakukanlah hal-hal yang besar, jangan hanya jadi “ Pembesar “ saja. Bila disimak uraian diatas tersebut, terkadung begitu dalam makna yang sempurna dan benar, dimana terkandung dibawahnya huruf  “… “ yang berarti harus dilaksanakan. Tao, bukanlah ucapan di buah bibir saja, akan tetapi meresap sampai hati sanubari, serta dihayati, artinya Tao harus disadari oleh setiap Insan, sehingga menimbulkan getaran di hati sanubari, dan bagaimana setiap insan belajar mengenal dan melaksanakan ajaran Tuhan. Sebagai perumpamaan bila kita sehabis minum ada merasakan air itu dingin ataupun panas, tetapi kita harus tahu betul apa yang menyebabkan air yang kita minum itu dingin atau-pun panas, tidak hanya sekedar minum saja, begitu juga dengan Tao, sebagai umat kita tidak hanya berucap saja dimulut, tetapi tidak pernah melaksanakan apa-apa yang trekandung didalam Tao itu sendiri, dalam arti lain tidak melaksanakan, bak pepatah “ Lain Dimulut Lain pula Dihati “.
Hal itu menjadikan baik bagi dirinya sendiri tetapi tidak bagi bagi masyarakat banyak dengan kata lain tiada berguna. Tao, apabila dibaca dan dihayati lalu dilaksanakan, sepanjang hidupnya, berguna bagi dirinya dan apabila diamalkannya berguna bagi masyarakat banyak. Tao adalah Kebenaran, apabila kebenaran itu terdapat dilangit maka jadilah aturan main hukum untuk kebenaran itu di angkasa luas ( langit ), apabila kebenaran itu adanya di bumi, maka jadilah hukum kebenaran itu di Bumi. Begitu juga dengan aturan kebenaran itu dibuatkan bagi diri manusia, beberapa aitem diantaranya tentang Budi Pekerti, Baik Hati, Sopan santun. Semua kita manusia harus ikut aturan hukum alam baik perjalanan seorang anak manusia, semuanya ada aturan mainnya. Sebagai contoh, bila langit kehilangan aturan, planet-planet atau bintang-bintang akan saling bertabrakan, begitu juga dengan bumi, akan mengakibatkan tanah longsor, banjir, belum lagi air laut menerpa daratan, dan badai serta angin putting beliung, dan Tsunami yang terjadi pada tahun-tahun lalu, dan lain sebagainya.
Bila manusia tak lagi mengikuti aturan atau kehilangan aturan, mereka akan menjadi biadab atau tak beradab sama sekali, Iblis memang sudah bersarang dalam tubuhnya. Mengenai aturan yang tertera pada Tao, perlu diwaspadai oleh umat Tao itu sendiri, untuk dihayati dan dijalankan secara cermat dan bersungguh-sungguh. Tao bila tak ada aturan, juga takkan mencapai kesempurnaan. Maka alam semesta dan benda-benda karena ada yang mengatur jalannya, menjadikan perjalanannya dari waktu kewaktu, tertib dan terkendali, bila tidak ada pengaturannya, maka akan menimbulkan ke angkara murkaan akibat semua kita bisa celaka, ‘…’ (   ) Aturan, harus mendapatkan (i) yang Esa, kalau kehilangan Esa, akibatnya akan menjadi “….” ( mai) terpendam.
Pepatah mengatakan ; “ Berpegang kepada Aturan, seseorang itu akan dapat berkelana di seluruh penjuru dunia, bila tak mengikuti Aturan akan mendapatkan kesulitan dimana-pun kita berada “. Tao, tiada berbentuk dan tiada berupa, tiada kata-kata, tiada aksara; “ tak nampak, tak terdengar, tak tergenggap, tapi dapat dihayati dan jangan sampai dilupakan “. Tao, tiada sulit di ucapkan, maka hanya dapat dikembangkan dengan Budi Pekerti, maka ada kata-kata, bila tiada budi pekerti yang tinggi, maka Tao, takkan sempurna. Kita mengenal 5 (lima) sila Budi / U Chang yakni, Kasih Sayang, Kesatria, Sopan, Mengetahui apa yang Baik dan apa yang Buruk, Pegang Janji. Makhluk yang mengetahui tentang Budi tersebut ada pada Manusia, terdiri dari 8 ( Pak Te ) ; Berbakti Kepada Orang Tua, Sayang Kepada Sesama Saudara, Setia Kepada Atasan dan Negara, Pegang Janji, Sopan, Kesatria serta Kebersihan Hidup dan Tahu Malu.
Tao juga berarti Jalan, setiap orang menelusuri Jalan hidupnya masig-masing, berjalan diatas jalurnya, tidak menyalahi aturan, tidak melintasi garis yang telah ditetapkan dan lain-lainnya yang berkaitan dengan aturan Jalan. Sehingga tercapainya dunia yang sama rasa, sama rata dalam keluarga besar yang damai dan tenteram. Dalam upaya mencapai tujuan ini, kita harus mengetahui dulu jalannya kematian dan juga jalan kehidupan, setelah kita dilahirkan ke dunia ini dan hidup sampai batas waktu yang ditentukan, setelah kita mati kemana kita nantinya. Bila kita ketahui darimana kita berasal dan bagaimana kita menyelusuri sendi-sendi jalannya kehidupan, maka hati-pun akan menjadi tenteram, jauh dari kerisauan juga harta benda, begitulah situasi duniawi dialam nyata ini.

1 komentar:

  1. maaf, bolehkah saya bertanya, apakah bapak punya email yang bisa dihubungi atau nomer telepon. saya ingin wawancara dengan bapak majelis terkait dengan karya tulis saya berjudul "ajaran Tao sebagai pedoman hidup". terima kasih.

    BalasHapus